.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 27 Juni 2012

Antoine Lavoisier


Antoine Lavoisier (1743-1794): Hidupnya Berakhir Tragis di Tiang Gantungan

Ditulis oleh Sandri Justiana pada 05-07-2005
It took them only an instant to cut off that head, and a hundred years may not produce another like it

Hanya perlu sekejap untuk memenggal kepala Lavoisier, namun seratus tahun pun mungkin tidak bisa melahirkannya kembali. Kata-kata ini diucapkan oleh ahli matematika Perancis, Joseph Louis Lagrange, beberapa saat setelah kepala Antoine Lavoisier dipenggal pada 8 Mei 1794. Siapakah Antoine Lavoisier itu sehingga Lagrange berucap seperti itu?

Antoine Laurent Lavoisier, demikian nama lengkap ilmuwan kimia Perancis yang lahir pada tahun 1743 di Paris. Selain menguasai ilmu kimia, Lavoisier juga menguasai berbagai ilmu lainnya, seperti hukum, ekonomi, pertanian, dan geologi. Sebelum menekuni ilmu kimia, Lavoisier mengikuti jejak ayahnya mempelajari ilmu hukum. Meskipun mempelajari ilmu hukum, Lavoisier menunjukkan ketertarikannya dalam ilmu sains. Pada tahun 1768, Lavoisier terpilih menjadi anggotaAcademie Royale des Sciences (Akademi Sains Kerajaan Perancis), suatu komunitas ilmuwan sains. Pada tahun yang sama, ia membeli Ferme Generate, perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa pengumpulan pajak untuk kerajaan.
Lavoisier diangkat menjadi Komisaris Polisi Kerajaan ketika berusia 32 tahun. Lavoisier diberi tangggung jawab mengelola laboratorium serbuk mesiu. Ia mengembangkan laboratoriumnya dengan merekrut kimiawan-kimiawan muda dari berbagai penjuru Eropa. Lavoisier dan anak buahnya bekerja keras memperbaiki metode pembuatan serbuk mesiu. Ia dan timnya berhasil meningkatkan kualitas dan kemurnian bahan baku pembuatan mesiu, yaitu sendawa, belerang, dan batu bara. Hasilnya tidak mengecewakan, serbuk mesiu yang dihasilkan laboratoriumnya menjadi lebih banyak dan lebih baik dibandingkan sebelumnya. Itulah awal perkenalan Lavoisier dengan penelitian kimia. Sejak itu, Lavoisier semakin giat melakukan penelitian di bidang kimia.

Usaha keras Lavoisier didukung penuh oleh istrinya, yaitu Marie-Anne Pierrette Paulze. Marie membantu suaminya menerjemahkan tulisan kimiawan Inggris, Joseph Priestley. Selain itu, Marie-Anne Pierrette mempunyai keterampilan menggambar. Keterampilannya ini digunakan untuk menggambar hasil-hasil penelitian Lavoisier.

Sumbangan terbesar Lavoisier terhadap pengembangan ilmu kimia sehingga dijuluki bapak kimia Modern adalah keberhasilannya menggabungkan semua penemuan di bidang kimia yang terpisah dan berdiri sendiri menjadi suatu kesatuan. Lavoisier membuat kerangka dasar kimia berdasarkan hasil penelitian kimiawan sebelumnya, seperti Joseph Black, Henry Cavendish, Joseph Priestley, dan George Ernst Stahl.

Pada saat itu, para ilmuwan mempercayai bahwa reaksi pembakaran menghasilkan gas flogiston sehingga massa zat setelah pembakaran lebih sedikit daripada sebelumnya. Hal ini didasarkan pada percobaan yang dilakukan Priestley. Priestley memanaskan oksida raksa (red calx mercury). Reaksi pemanasan padatan oksida raksa menghasilkan air raksa dan gas tak berwarna di atasnya. Setelah ditimbang, massa air raksa lebih sedikit daripada massa oksida raksa. Priestley menyebut gas tak berwarna itu dengan istilah flogiston. Namun tidak demikian dengan Lavoisier, ia meragukan adanya gasflogiston. Menurut dugaannya, yang dimaksud flogistonadalah gas oksigen. Kemudian, Lavoisier mengulang percobaan Priestley untuk membuktikan dugaannya. Ia menimbang massa zat sebelum dan setelah reaksi pemanasan oksida raksa secara teliti menggunakan timbangan yang peka. Ternyata, terjadi pengurangan massa oksida raksa. Lavoisier menjelaskan alasan berkurangnya massa oksida raksa setelah pemanasan. Ketika dipanaskan, oksida raksa menghasilkan gas oksigen sehingga massanya akan berkurang. Lavoisier juga membuktikan kebalikannya. Jika sebuah logam dipanaskan di udara, massanya akan bertambah sesuai dengan jumlah oksigen yang diambil dari udara. Kesimpulan Lavoisier ini dikenal dengan nama Hukum Kekekalan Massa. Jumlah massa zat sebelum dan sesudah reaksi tidak berubah, begitu bunyi hukum tersebut. Dengan penemuan ini, teori flogiston yang dipercayai para ilmuwan kimia selama kurang lebih 100 tahun akhirnya tumbang. Lavoisier juga menyatakan proses berkeringat merupakan hasil pembakaran lambat di dalam tubuh.

Lavoisier menuliskan ide-idenya dalam sebuah buku yang berjudul Traite Elementaire de Chimie(Pokok-pokok Dasar Ilmu kimia). Buku yang dipublikasikan pada tahun 1789 itu juga memuat pendapat Lavoisier mengenai definisi unsur kimia. Lavoisier berpendapat bahwa unsur adalah zat yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat yang lebih sederhana. Berdasarkan hal tersebut, Lavoisier membuat daftar 33 zat yang termasuk unsur.

Pada tahun 1789, kondisi ekonomi Perancis terguncang. Harga-harga tidak stabil. Masyarakat pun resah. Pada saat itu Lavoisier tengah asyik melakukan penelitian. Lavoisier terpaksa mengurangi kegiatan penelitiannya karena waktunya lebih banyak tercurah untuk memperbaiki kondisi ekonomi negaranya. Mereformasi pajak garam, mencegah penyelundupan dengan cara membangun benteng di sekeliling Paris, dan memperbaiki metode pertanian merupakan beberapa usahanya untuk memperbaiki ekonomi.

Walaupun memberikan banyak kontribusi terhadap sains maupun ekonomi, hidup Lavoisier terpaksa berakhir secara tragis. Ketika terjadi revolusi Perancis, seluruh pejabat dan bangsawan kerajaan ditangkap, termasuk Lavoisier. Ia dikenakan dakwaan turut aktif mengambil pajak rakyat untuk kerajaan melalui perusahaan pajaknya (Ferme Generate), menurunkan kualitas udara kota karena membangun benteng di sekeliling Paris, mencampurkan tembakau dengan air, dan memindahkan serbuk mesiu dari gudang senjata. Akhirnya Lavoisier dijatuhi hukuman mati. Sesaat sebelum eksekusi dilaksanakan, Lavoisier meminta penundaan waktu hukuman. “Saya ilmuwan bukan bangsawan”, ujar Lavoisier. Tapi hakim dengan tegas menjawab, “Republik tidak memerlukan ilmuwan!”. Nyawa Lavoisier melayang. Dunia berduka. Salah satu permata ilmu hilang secara sia-sia. Benar apa yang dikatakan Joseph Louis Lagrange, “Hanya perlu sekejap untuk memenggal kepala Lavoisier, namun seratus tahun pun mungkin tidak bisa melahirkannya kembali.” Sayang, nasi telah menjadi bubur.\
download di sini

Fritz Haber


Fritz Haber: Ilmuwan, Pembunuh dan Pahlawan

Ditulis oleh Fendy pada 13-12-2005
Fritz Haber, ya, dialah ilmuwan terkenal di balik pesatnya industri amonia. Fritz Haber adalah orang pertama yang berhasil memfiksasi amonia di laboratorium. Bersama rekannya Carl Bosch, seorang ahli teknik kimia, mereka mendesain industri amonia yang dapat memproduksi amonia dalam jumlah besar. Atas kontribusi yang besar dalam bidang sintesis amonia, Fritz Haber dianugrahi hadiah Nobel kimia pada tahun 1918.

Pria berkebangsaan Jerman ini dilahirkan pada tanggal 9 Desember 1868 di Breslau, Jerman. Ia bersekolah di St. Elizabeth dan masa mudanya dihabiskan dalam berbagai eksperimen kimia. Riwayat pendidikannya pun sangat menarik untuk ditelusuri. Dari tahun 1886 sampai 1891, ia belajar kimia di Universitas Heidelberg di bawah asuhan Bunsen, di Universitas Berlin di bawah asuhan A.W Hoffmann, dan di sekolah teknik Charlottenberg di bawah asuhan Liebermann. Setelah kuliah ia langsung bekerja di bisnis kimia ayahnya. Karena ketertarikannya di bidang teknologi kimia, ia juga bekerja di bawah pimpinan Profesor Georg Lunge dari Insitut Teknologi Zurich. Setelah beberapa waktu, ia memutuskan untuk merintis karir sebagai ilmuwan dan bersama Ludwig Knorr ia menerbitkan makalah pertamanya tentang ester diasetosuksinat.

Karier Haber sebagai ilmuwan sangat mengagumkan. Sepanjang hidupnya ia menekuni bidang kimia fisik dan elektrokimia. Pada tahun 1898 Haber mempublikasikan sebuah buku tentang elektrokimia. Pada tahun yang sama, ia juga mempublikasikan hasil penelitiannya dalam reaksi oksidasi dan reduksi elektrolitik dan ia juga menjelaskan tahap-tahap reduksi nitrobenzena di katoda. Dalam kurun waktu 10 tahun, dari tahun 1908, ia terus melakukan penelitian di bidang elektrokimia dan kimia fisik. Beberapa penelitian terbesarnya adalah elektroisis kristal garam (1904), kesetimbangan Quinone-Hydroquinone di katoda, pembakaran antara karbon monoksida dengan hydrogen, pembakar Bunsen dan sintesis amonia. Terinspirasi oleh hasil penelitian kesetimbangan Quinone-Hydroquinone, Fritz Haber dan Cremer berhasil menciptakan elektroda kaca untuk mengukur pH larutan. Karena itulah Fritz Haber tercatat sebagai orang pertama yang meneliti perbedaan potensial listrik yang terjadi antara elektrolit padat dan larutannya. Kisah mengagumkan Fritz Haber tidak berhenti sampai di situ saja. Pada tahun 1905 ia mempublikasikan penelitiannya tentang sintesis amonia dalam buku termodinamika reaksi gas. Sintesis amonia inilah karya terbesarnya (masterpiece) di bidang kimia. Di buku ini, tertulis bahwa ia berhasil mendeteksi gas amonia dalam jumlah kecil dari reaksi N2 dan H2 pada temperatur rendah dan tekanan tinggi dengan katalis besi.

Usaha dan keberhasilan Fritz Haber dalam mensintesis amonia memiliki arti yang sangat penting bagi bangsa Eropa. Hal ini dikarenakan terjadinya ledakan populasi penduduk pada awal abad 19. Ledakan ini menuntut peningkatan produksi pangan untuk mencegah terjadinya bencana kelaparan di Eropa. Sebelum Fritz Haber menyintesis amonia, solusi yang digunakan adalah penggunaan pupuk buatan dengan bahan baku Natrium Nitrat (NaNO3). Natrium Nitrat harus diimpor dari Chili dan dikirim melalui Cape Horn baru ke Eropa. Tidak heran jika negara Chili, pada awal abad 19, dengan cepat berubah menjadi negara yang kaya di benua Amerika Selatan. Tetapi, para ilmuwan di Eropa termasuk Fritz Haber sadar bahwa suatu hari persediaan Natrium Nitrat di Chili akan habis. Dengan keberhasilan Fritz Haber menyintesis amonia, bangsa Eropa berhasil memproduksi pupuk buatan seperti amonium sulfat ((NH4)2SO4) dan ammonium fosfat ((NH4)3PO4) dari amonia. Seandainya Fritz Haber gagal menyintesis amonia, mungkin saja bangsa Eropa telah mati kelaparan menunggu pasokan Natrium Nitrat dari Chili.

Pada awal pengembangan industri amonia, Fritz Haber bekerja sama dengan Carl Bosch mendesain suatu pabrik amonia untuk memproduksi amonia dalam skala besar. Carl Bosch menyarankan Fritz Haber agar tidak menggunakan temperatur reaksi yang terlalu rendah. Jika temperatur reaksi terlalu rendah maka reaksi akan berjalan dengan lambat dan tentunya hal ini tidak efisien dalam industri kimia. Bosch juga mengusulkan untuk menggunakan tekanan yang tidak terlalu tinggi. Tekanan yang terlalu tinggi dapat meningkatkan resiko kecelakaan akibat ledakan dan meningkatkan biaya konstruksi pabrik. Karena itu Bosch berusaha merancang pabrik yang dapat memproduksi amonia dengan tekanan 10 sampai 100 Mpa dan suhu 100-500oC. Setelah lima tahun bekerja sama, mereka berhasil membuat desain industri amonia yang diserahkan kepada perusahaan BASF. Sayangnya pembuatan industri amonia itu bertepatan dengan dimulainya Perang Dunia I. Di bawah tekanan dan blokade pihak sekutu, suplai Natrium Nitrat dari Chili terhenti. Akhirnya industri amonia Jerman lebih diarahkan untuk memproduksi bahan peledak daripada pupuk buatan. Tanpa industri amonia Haber-bosch, pasukan Jerman dan Austro-Hungaria pastilah sudah menyerah di awal 1918 karena kehabisan bahan peledak.

Di balik pribadinya yang luar biasa dan karirnya yang gemilang, Fritz Haber menyimpan suatu lembaran fakta kelam sebagai ilmuwan. Saat Perang Dunia I meletus(1914), ia ditunjuk sebagai konsultan kantor perang Jerman (German War Office). Sebagai konsultan, ia mendukung Jerman untuk menggunakan gas beracun dalam meraih kemenangan. Bahkan Fritz Haber turut serta dalam penelitian untuk menyintesis gas beracun tersebut. Suatu hari Clara Harber, istri Fritz Haber, memohon dengan sangat agar Fritz Haber berhenti dari proyek ini. Karena Fritz Haber tidak menggubris permintaan istrinya, Clara akhirnya memutuskan untuk bunuh diri. Karena rasa fanatiknya yang besar terhadap Jerman, Fritz Haber juga melakukan penelitian untuk memproduksi emas dari air laut pada masa pasca Perang Dunia I. Sayangnya ia gagal menemukan cara untuk menyintesis emas dari air laut. Proyek gas beracun telah menghancurkan reputasi Fritz Haber di mata para ilmuwan. Sejarah mencatat bahwa sebagian besar ilmuwan menentang pemberian Nobel Kimia 1918 kepada Fritz Haber. Walaupun demikian, komite Nobel tetap memberikan hadiah Nobel Kimia 1918 kepada Fritz Haber.

Ada cerita yang menarik dari hidup Fritz Haber dan NAZI. Pada tahun 1933, NAZI mengambil alih kekuasaan di Jerman. Hitler sebagai pemimpin NAZI pernah melaksanakan program “Pemurnian Ras Arya”. Salah satu tindakan Hitler yang paling kejam adalah pembantaian umat Yahudi dengan menggunakan gas beracun. Satu persatu umat Yahudi digiring ke sebuah kamp militer, lalu mereka dimasukkan ke dalam ruangan tertutup yang dipenuhi gas beracun. Saat Hitler memegang tampuk kekuasaan di tahun 1933, Fritz Haber tengah menjabat sebagai direktur Institute for Physical and Electrochemistry di Berlin-Dalhem. Demi mewujudkan ambisinya, Hitler memerintahkan Fritz Haber untuk menembak mati seluruh pekerja keturunan Yahudi yang bekerja di institutnya. Haber yang juga keturunan Yahudi menolak melakukannya, bahkan ia rela mengundurkan diri dari jabatannya. Kemudian ia menulis surat, “Selama lebih dari 40 tahun, saya telah memilih rekan-rekan kerja saya berdasarkan kepandaian dan karakter mereka. Saya tidak pernah memilih rekan kerja berdasarkan latar belakang nenek moyang mereka dan saya tidak ingin mengubah metode ini yang menurut saya sangat tepat.”

”For more than 40 years, I have selected my collaborators on the basis of their intelligence and their character and not on the basis of their grandmothers, and I am not willing to change this method which I have found so good.”

Tindakan Haber ini membuat NAZI marah besar tetapi mereka tidak menghukum Fritz Haber. NAZI tidak memberikan sanksi apapun kepada Fritz Haber karena mereka mempertimbangkan jasa dan reputasi Fritz Haber di mata internasional.

Setelah mengundurkan diri, kondisi jantung Fritz Haber memburuk. Karena kondisi kesehatan yang semakin melemah akhirnya Fritz Haber menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 29 Januari 1934 di Basle. Tidak lama setelah kematiannya, Asosiasi Kimia Jerman (German Chemical Society) mengadakan suatu acara seremonial untuk mengenang dan menghormati Fritz Haber. NAZI langsung naik pitam ketika mendengar rencana ini. Mereka marah karena Asosiasi Kimia Jerman memberikan suatu penghormatan yang sangat besar kepada seseorang yang telah menentang NAZI. NAZI mengancam akan menangkap semua orang yang menghadiri acara itu. Walaupun diancam, para ahli Kimia tidak takut dan tetap menghadiri acara itu. Melihat banyaknya ahli Kimia yang hadir, NAZI mengurungkan niat untuk menangkap dan menghukum mereka. NAZI sadar bahwa para ahli Kimia adalah tulang punggung dari rekonstruksi Jerman setelah Jerman hancur di Perang Dunia I. Tanpa adanya ahli Kimia, NAZI sulit membangun kembali kekuatannya.

Pribadi Haber memang seperti sebuah koin logam yang menimbulkan simpati dan antipati. Di satu sisi ia berlaku sebagai malaikat pencabut nyawa di masa Perang Dunia I. tindakannya membuat gas beracun secara tidak langsung telah membenarkan anekdot, “Ilmuwan itu pintar tapi tidak punya moral.” Hal ini merupakan cacat terbesar dalam karir Haber sebagai ilmuwan. Di sisi yang sebaliknya terdapat sosok pemimpin yang siap membela apa yang benar. Ia siap menentang perintah NAZI walaupun ia tahu penolakan ini membahayakan reputasinya dan bahkan nyawanya sendiri. Sulit rasanya menentukan posisi Fritz Haber di dalam sejarah ilmu pengetahuan. Kita hanya dapat mengambil sisi positif Fritz Haber sebagai seorang ilmuwan yang kreatif, disiplin, pantang menyerah, pembela kebenaran, dan berdedikasi tinggi. Sebagai penghargaan atas dedikasinya, nama Institute Physical and Electrochemistry di Berlin-Dalhem diubah menjadi Institut Fritz Haber setelah kematian Fritz Haber. Semoga artikel ini dapat memberikan khazanah berpikir tentang ilmuwan sekaligus membuka mata para pembaca untuk mempergunakan ilmu pengetahuan secara baik dan benar. 

Joseph Priestley


Joseph Priestley (1733-1804): Rajanya Penemu Gas yang Pernah Diusir

Ditulis oleh Rizkiki pada 12-01-2006
Istilah gas ketawa dalam kehidupan sehari-hari mungkin belum populer, setidaknya untuk kalangan awam. Namun, jika ada yang menyebutkan istilah NOS, para pencinta balapan tentu langsung mengenalnya. Tidak heran, karena NOS memang digunakan sebagai bahan tambahan agar laju kendaraan semakin cepat. NOS adalah nama lain dari gas ketawa, suatu zat kimia dengan nama kimia dinitrogen monoksida atau nitrous oxide dan mempunyai rumus kimia N2O. Selain digunakan di ajang balap-membalap, gas ketawa juga digunakan di bidang anestesi dan penerbangan luar angkasa. Di balik kegunaan gas ketawa, terselip seorang tokoh yang pertama kali menemukan gas tersebut. Ia adalah Joseph Priestley. Penemuan gas ketawa ini bermula dari kegiatan Priestley merangkai alat yang mengandung merkuri. Alat ini berfungsi agar gas-gas yang dikumpulkan di dalam alat tersebut tidak hilang. Gas-gas yang telah terkumpul, lalu dipanaskan dengan menggunakan kaca pembesar yang disinari sinar matahari. Gas ketawa merupakan salah satu penemuannya yang pertama dengan alat rekaannya tersebut pada tahun 1772.

Lahir di sebuah daerah dekat Leeds, Inggris pada tanggal 13 Maret 1733, Priestley sebetulnya tidak pernah belajar sains secara formal. Namun, Priestley merupakan orang yang selalu gigih dalam belajar sesuatu. Sikapnya yang toleran dan liberal menjadi salah satu modal kesuksesannya. Modal itu termasuk cara berpikirnya yang selalu ingin tahu dan tidak pernah puas atas sebuah karya. Hal ini terbukti dari tahun-tahun kehidupannya yang tidak pernah sepi dari prestasi, termasuk beberapa tulisan yang dihasilkan dari cabang ilmu yang berbeda-beda.

Pada usia 28 tahun, Priestley yang saat itu tertarik pada bahasa, menghasilkan tulisan yang berjudul The Rudiments of English Grammar (Dasar-dasar Tatabahasa Inggris). Tulisan tersebut merupakan penjelasan Priestley mengenai tata bahasa Inggris, seperti yang dipelajari saat ini. 

Mulai Tertarik Sains

Ketertarikannya di bidang sains berawal dari perkenalannya dengan Benjamin Franklin setahun sesudah Priestley dianugerahi gelar doktor bidang Hukum karena tulisannya yang berjudul Chart of Biography pada tahun 1765. Benjamin Franklin, yang saat itu memang seorang ilmuwan yang mendalami listrik, telah membangkitkan minat Priestley di bidang sains. 

Kepribadian Priestley yang dinamis terbukti kembali. Setahun sudah persahabatannya dengan Franklin berjalan dan itu merupakan persahabatan yang tidak sia-sia karena Priestley kembali menghasilkan karya tulis. Kali ini dia menerbitkan The History of Electricity. Selain menghasilkan karya tulis, Priestley pun menemukan bahwa karbon merupakan penghantar listrik yang baik.

Menemukan Minuman Soda

Pada tanggal 23 Juni 1762, Priestley menikahi Mary Wilkinson dari Wrexham. Hanya 5 tahun sepasang suami-istri itu tinggal di Wrexham. Pada September 1767 mereka harus kembali ke Leeds karena kondisi keuangan dan kondisi kesehatan istrinya. Di Leeds, keproduktifan Priestley dalam menulis terus mengalir. Ia menerbitkan 2 buku politik, Essay on the First Principles of Government pada 1768 dan The Present State of Liberty in Great Britain and her Colonies pada 1769. Pada tahun yang sama, Priestley juga menulis buku Dr. Blackstone’s Commentaries, buku yang berisi pembelaannya terhadap hak-hak konstitusional para pembelot melawan William Blackstone, penguasa saat itu.

Tahukah Anda siapa yang menemukan minuman soda? Tidak banyak yang mengetahui bahwa Joseph Priestleylah sang penemu minuman soda. Berawal dari tempat pembuatan bir yang terletak di seberang rumahnya, Priestley tergelitik oleh udara di permukaan gandum fermentasi yang terasa lain. Dia pun mengamati sifat udara tersebut yang dapat memadamkan api sisa pembakaran kepingan kayu. Priestley menyebut gas tersebut dengan nama ‘gas pasti’ (fixed gas). Terdorong rasa ingin tahunya yang besar, Priestley memproduksi sendiri ‘gas pasti’ tersebut di rumahnya, lalu melarutkannya dalam air hingga diperoleh air yang rasanya tajam. Itulah air berkarbonasi, yang kini sangat populer sebagai minuman bersoda! Beliau dengan antusias menawarkan air hasil percobaannya ini sebagai minuman segar kepada teman-temannya. 

Menemukan Gas Ketawa

Gas ketawa adalah penemuan Priestley lainnya. Boleh dibilang, gas ketawa adalah salah satu penemuan yang ditemukan Priestley secara tidak sengaja. Ketertarikannya yang semakin menjadi terhadap sains mendorongnya merancang sebuah alat yang mengandung merkuri. Alat tersebut dipanaskan dengan bantuan sinar matahari yang dilewatkan pada kaca pembesar sehingga dihasilkan sinar fokus berenergi tinggi yang mampu menghasilkan panas. Pemanasan tersebut menghasilkan gas-gas yang beraneka, termasuk di antaranya gas dinitrogen monoksida atau gas ketawa. Tidak perlu waktu lama hingga orang-orang mengenal penemuannya tersebut, mengingat gas ini menyebabkan siapapun yang menghirupnya akan tertawa terbahak-bahak. 

Diusir Gara-gara Revolusi Perancis

Priestley nampaknya ditakdirkan untuk menjadi raja penemu gas. Seolah tidak puas dengan penemuan gas bersoda dan gas ketawa, beliau menemukan oksigen pada tahun 1774. Ia tidak menyadari bahwa penemuan ini sebenarnya telah ditemukan oleh Carl Wilhelm Scheele sebelum tahun 1773. Penemuan Priestley ini, kemudian dipublikasikan pada 1775 dalam bukunyaExperiments and Observations on Different Kinds of Air. Adapun Scheele menerbitkan bukunya yang berjudul Chemical Treatise on Air dan Fire pada 1777. Keduanya tidak menyadari bahwa oksigen merupakan unsur kimia. Priestley menamai gas yang ditemukannya sebagai ‘de-phlogisticated air’ sesuai dengan petunjuk teori phlogiston yang saat itu dipercaya. Dalam eksperimennya tersebut, Priestley mampu mengidentifikasi delapan gas sekaligus menyangkal pendapat pada saat itu yang menyatakan bahwa hanya ada satu jenis udara.

Pada 1780 beliau menuju Birmingham dan ditunjuk menjadi pendeta junior. Nama Priestley semakin tersohor setelah menjadi anggota Lunar Society. Namun, kekagumannya pada Revolusi Prancis membuatnya terusir ke luar kota. 

Untuk mengenang jasa-jasanya, masyarakat mendirikan tugu Priestley, di antaranya tugu bernama Moonstones dan sebuah tugu yang lebih tradisional di Chamberlain Square di tengah-tengah kota. Tugu paling akhir adalah sebuah tugu yang terbuat dari batu marmer yang aslinya dibuat oleh A. W. Williamson pada 1874. Kemudian, pada tahun 1951 seluruh marmer dilapisi dengan perunggu.

Ketiga putranya bermigrasi menuju Amerika Serikat pada 1793. Priestley mengikuti jejak ketiga putranya mencari kebebasan beragama dan berpolitik. Meskipun tidak pernah mengubah kewarganegaraannya, beliau menetap di Pennsylvania hingga akhir hayatnya.

Kary Banks Mullis


Kary Banks Mullis

Ditulis oleh Sapto Nugroho Hadi pada 09-03-2006
Siapa bilang DNA hanya bisa digandakan di dalam tubuh? Sekarang, cukup beberapa jam saja, jutaan DNA bisa diperbanyak, dengan teknik yang sederhana pula.

Siapa orang yang paling berjasa sehingga teknik ini bisa dilakukan? Adalah Kary Banks Mullis, peraih nobel kimia tahun 1993 yang paling berjasa besar menemukan teknik ini. Mullis telah berjasa menemukan teknik penggandaan DNA di luar tubuh yang akhirnya membuatnya menerima penghargaan tertinggi bagi para ilmuan di dunia, hadiah Nobel. Tekniknya ini dikenal hingga saat ini, yaitu Polymerase Chain Reaction (PCR). Teknik ini juga yang digunakan ahli kesehatan untuk mengidentifikasi terkena atau tidaknya seseorang oleh virus flu burung.

Kary Mullis lahir di Lenoir, California Utara, tanggal 28 Desember 1944. Mullis menerima gelar sarjananya dalam bidang kimia dari Institut Teknologi Georgia tahun 1966, dan memperoleh Ph.D.-nya dalam bidang Biokimia dari Universitas California, Berkeley, di tahun 1972.

Setelah menyelesaikan studi Ph.D.-nya, Mullis menjadi pengajar bidang Biokimia sampai tahun 1973. Di tahun yang sama, Mullis mengambil postdoktoralnya di bagian pediatric cardiology, University of Kansas Medical School, dengan penekanan dalam angiotensin and pulmonary vascular physicology.

Di tahun 1977, Mullis memulai pekerjaan postdoktoralnya selama 2 tahun di Universitas California, San Francisco. Dua tahun kemudian, ia bergabung dengan Cetus Corp. di Emeryville, California, sebagai peneliti DNA. Selama tujuh tahun di Cetus Corp., Mullis melakukan riset terhadap sintesis oligonucleotide dan akhirnya menemukan teknik PCR.

Tahun 1986, Mullis diangkat menjadi Direktur Biologi Molekular di Xytronyx, Inc. di San Diego, di mana ia berkonsentrasi pada teknologi DNA dan fotokimia. Setahun kemudian, Mullis menjadi konsultan Kimia Asam Nukleat untuk banyak perusahaan dan laboratorium termasuk Angenics, Cytometrics, Eastman Kodak, Abbott Labs, dan Milligen/Biosearch.

Dedikasinya terhadap bidang Biokimia terutama DNA membuat Mullis akhirnya meraih hadiah Nobel bidang kimia di tahun 1993. Dr. Karry Mullis juga telah mendapatkan banyak paten dari penelitian-penelitian yang dilakukannya, di antaranya adalah teknologi PCR dan plastic sensitive UV yang akan berubah warna bila terkena cahaya. Paten paling barunya adalah pendekatan revolusionar untuk mobilisasi system kekebalan secara instant melawan serangan bahan pathogen dan racun.

Kary B.Mullis telah banyak mendapat penghargaan untuk dedikasinya terhadap sains, diantaranya the Japan Prize (1993) untuk penemuan PCR, the Thomas A. Edison Award (1993); California Scientist of the Year Award (1992); the National Biotechnology Award (1991); the Gairdner Award, Toronto, Canada (1991); the R&D Scientist of the Year (1991); the William Allan Memorial Award of the American Society of Human Genetics (1990); dan the Preis Biochemische Analytik of the German Society of Clinical Chemistry and Boehringer Mannheim (1990). Tahun 1994, Dr. Mullis dinobatkan menjadi Doctor of Science dari the University of South Carolina. Empat tahun kemudian, namanya dimasukkan ke dalam the National Inventors Hall of Fame.

Sekarang, Dr. Kary Mullis menjadi peneliti kehormatan di Children’s Hospital and Research Institute in Oakland, California, dan tinggal bersama isterinya, Nancy Cosgrove Mullis, di Newport Beach, California, dan di Anderson Valley, California.

Horace Wells


Horace Wells (1815-1895): Awal Penggunaan Gas Ketawa sebagai Anestetik

Ditulis oleh Sandri Justiana pada 06-04-2006
Untuk menghilangkan rasa sakit selama operasi bedah, dokter biasanya menggunakan obat pemati rasa (anestetik). Salah satu anestetik yang sering digunakan adalah gas dinitrogen monoksida. Gas yang ditemukan Joseph Priestley ini disebut juga gas ketawa karena dapat menyebabkan orang yang menghirupnya tertawa terbahak-bahak. 

Pada mulanya, gas ketawa hanya digunakan sebagai alat untuk menghibur dalam suatu pertunjukan. Revolusi penggunaan gas ketawa dari sekedar alat hiburan menjadi obat pemati rasa bermula dari peristiwa pada 10 Desember 1844. Pada tanggal tersebut, seorang dokter gigi bernama Horace Wells beserta istrinya sedang menonton pertunjukan gas ketawa. Pertunjukan yang dipandu Quincy Colton tersebut mendemonstrasikan efek dari gas ketawa. Colton meminta beberapa penonton untuk menghirup gas ketawa. Samuel Cooley, salah seorang yang ikut menghirup gas ketawa menunjukkan perilaku aneh. Perilaku Cooley menjadi kasar. Ia dan penonton lainnya berkelahi hingga babak belur. Akibat perkelahian itu, Cooley menjadi terluka dan tubuhnya penuh dengan darah. Meskipun demikian, Cooley tidak merasa sakit. Ia baru merasakan sakit setelah pengaruh gas ketawa habis. 

Kejadian tersebut rupanya menginspirasi Wells untuk menggunakan gas ketawa dalam operasi pencabutan gigi. Pada saat itu, pencabutan gigi sangat menyakitkan. Menurut pemikiran Wells, jika gas ketawa dapat membuat orang tahan terhadap sakit yang dideritanya seperti yang dialami Colley, hal yang sama juga mungkin akan dirasakan pasiennya seandainya mereka diberikan gas ketawa.


Sumber: Virtual Museum of Anesthesiology
Ilustrasi yang melukiskan penggunaan gas ketawa sebagai alat hiburan

Horace Wells tidak menunggu waktu untuk menguji dugaannya. Keesokan harinya, ia meminta rekan kerjanya, yaitu dokter John Riggs untuk mencabut gigi gerahamnya yang telah membusuk. Sebelumnya, Wells menghirup gas ketawa yang diperolehnya dari Colton. Begitu Wells tidak sadarkan diri, dokter Riggs segera mencabut gigi. Operasi berjalan lancar. Pengaruh gas ketawa yang dihirup Wells habis seiring berakhirnya operasi. Wells mengaku bahwa ia tidak merasakan sakit selama operasi. Wells kemudian meminta Colton untuk mengajarinya cara membuat dan menggunakan gas ketawa. 


Sumber: Internet
Horace Wells menghirup gas ketawa sebelum giginya dicabut


Dicemooh

Wells kemudian mempunyai ide untuk menyebarluaskan penemuannya kepada khalayak. Semangat Wells semakin menggebu setelah bertemu dengan mantan muridnya, William Morton. Morton menganjurkan Wells agar mendemonstrasikan penggunaan gas ketawa dalam operasi pencabutan gigi di tempat umum. 

Pada Januari 1845 sesuai dengan rencana, demontrasi pun dilakukan di Harvard Medical School di Boston. Demontrasi tersebut menarik sebagian besar siswa untuk menghadirinya. Salah seorang pengunjung bersedia untuk menjadi kelinci percobaan Wells. Ia lalu menghirup gas ketawa. Sayang, Wells gugup dan tidak sabar untuk segera mengetahui hasilnya. Ia mencabut gigi pada saat gas ketawa belum bekerja mematikan rasa. Alhasil si pasien menjerit kesakitan pada saat giginya dicabut.Demonstrasi Wells gagal total. Para pengunjung mencemooh Wells sebagai penipu.

Disanjung Masyarakat Paris
Sumber: internet
Patung Wells

Mulanya Wells sempat putus asa karena demonstrasinya gagal. Rumah dan tempat praktik giginya di Hartford dijual. Namun, bukan berarti Wells menyerah begitu saja. Ia tetap yakin bahwa gas ketawa dapat digunakan sebagai obat pemati rasa dalam operasi pencabutan gigi. Wells kemudian berkeliling Eropa untuk memperkenalkan penggunaan gas ketawa sebagai zat anestetik sambil berharap banyak orang yang mempercayainya. 

Ketika Wells berkunjung ke Paris, Organisasi Kedokteran Paris (Paris Medical Society) tertarik dengan demontrasinya. Berbeda dengan masyarakat Boston yang mencemoohnya, masyarakat Paris justru menyanjungnya. Gas ketawa digunakan para dokter gigi Paris sebagai obat pemati rasa dalam operasi pencabutan gigi. Tidak heran jika di Paris berdiri kokoh patung Horace Wells sebagai tanda penghargaan masyarakat Paris atas sumbangsih Wells. 

Pada saat Wells merasa bahagia karena idenya diterima masyarakat Paris, ia kembali terluka. Pangkal masalahnya adalah surat William Morton yang mengabarkan bahwa ia berhasil menemukan eter sebagai anestetik pengganti gas ketawa. Wells sakit hati karena merasa idenya telah dicuri muridnya sendiri. Ia pun segera kembali ke New York. Masyarakat ternyata lebih mempercayai eter yang digunakan Morton sebagai anestetik dibandingkan gas ketawa. Wells semakin terpuruk tatkala mengetahui adanya penemuan kloroform sebagai anestetik. Dengan penemuan eter dan kloroform, penggunaan gas ketawa semakin dipandang sebelah mata.

Meninggal bunuh diri

Karena penasaran dengan khasiat kloroform sebagai anestetik, suatu hari pada bulan Januari 1848, Wells melakukan percobaan dengan menggunakan kloroform selama seminggu. Ia melakukannya sendiri. Akibat dari perbuatannya itu cukup mengerikan. Wells menjadi ketagihan dan lambat laun menjadi gila. Hingga suatu hari, dalam keadaan mabuk parah, Wells berlari ke jalanan dan menumpahkan asam sulfat yang mengenai dua orang wanita tuna susila. Atas tindakan brutalnya, ia dijebloskan ke penjara. Setelah sadar, Wells sangat menyesali tindakan bodohnya. Ia akhirnya putus asa dan mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri pada 23 Januari 1848. Wells menghirup kloroform, kemudian menyayat nadinya dengan silet. 

Sangat disayangkan, tokoh yang berjasa mengenalkan penggunaan obat bius dalam dunia kedokteran mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Horace Wells layak diberi penghargaan atas ide-ide cemerlangnya. Meskipun Horace Wells bukan penemu gas ketawa, dialah yang pertama kali menggunakan gas ketawa untuk tujuan medis. Pengakuan Wells sebagai penemu anestesi harus menunggu 18 tahun setelah kematiannya. Pada tahun 1864, Asosiasi Dokter Gigi Amerika Serikat memberikan penghargaan kepada Wells sebagai penemu anestesi. Empat tahun kemudian, Asosiasi Dokter Amerika mengikuti jejak Asosiasi Dokter Gigi Amerika Serikat dengan mengakui Wells sebagai penemu anestesi.